BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 20 April 2010

Lamunan di Kala Senja, Awal Millenium ke-10

10.01.2010

23.48 WIB

Segelas milo dingin.
Kursi goyang tua.
Teras kelabu.
Sebuah senja.
...mari melihat.

akhir-akhir ini saya banyak belajar dari sketsa hidup orang lain.

ketika banyak yang menganggap hidup itu tidak adil, saya lebih melihatnya sebagai jeritan keputus-asaan dari seseorang yang tidak ingin menyalahkan dirinya sendiri atas keadaannya sekarang, atau kenyataan yang dialami.



ketika saya melihat seorang artis baru yang tidak berbakat, yang sudah memiliki wajah keindo-indoan dengan rumah dan mobil mewah sebelum muncul di televisi, maka katakanlah ia rakus. tidak usahlah ia menjadi artis. jadilah sesuatu yang lain dan berikan kesempatan untuk wanita-wanita yang berjuang hidup dengan gigih untuk dapat memperbaiki kualitas hidup mereka.

toh sepertinya si artis muda ini tidak pintar maupun ambisius-dalam arti memiliki cita-cita yang tinggi seperti wanita di luar sana yang kurang beruntung. haha



berbicara tentang kualitas hidup, sesungguhnya berbicara tentang kualitas kebahagiaan.

bahagiakah kita?

sejahterakah kita?



Banyak yang bilang, kesejahteraan itu ada ketika kita tidak perlu merisaukan tentang bagaimana kita melanjutkan hidup besok- secara keuangan maksudnya.

hmm..

bagi saya itu juga benar.

oleh karena definisi di atas, maka yang sejahtera adalah yang kaya. yang mampu. yang cukup uang untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.



tapi kalau berbicara tentang kualitas kebahagiaan, kan tidak melulu tentang uang.

iya kan?





bagaimana dengan seorang ibu-ibu penjual bubur di boyolali yang pendapatan maksimalnya hanya 60 ribu perhari tapi bisa selalu tersenyum dan terlihat tidak ada beban?

bandingkan dengan ibu-ibu pejabat yang banjir uang tapi wajahnya "palsu" (kata ini bisa berarti harafiah ataupun kiasan. you know what i mean, don't you know?haha) dan hari-harinya disibukkan dengan serangkaian rencana untuk terlihat terhormat, termewah, tercantik, terawet muda dll di sebuah pertemuan antar ibu-ibu pejabat.



mungkin ini permasalahan hati.

ketika hati sudah positif, maka kecemerlangan itu ada.

dan semesta pun mengamininya.

namun jika sebaliknya, maka hidup bagai labirin nafsu tanpa akhir.



well, thats life.



katanya, hidup itu pilihan.

pilihan untuk hidup dengan cara tertentu, dengan pandangan tertentu, dengan keyakinan tertentu.



anyway anyhow, si penjual bubur ini anaknya sedang berada di Belanda loh.

somehow someway anaknya menikah dengan seorang belandawan dan menetap di sana.

jadilah si ibu dan bapaknya ini berlibur di Belanda dengan bahagia.





for them, life is full of suprises.





...i do think so.

0 komentar: