BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 20 April 2010

What Jack's Said.

I got a faulty parachute, i got a stranger's friend
An exciting change in my butchers blend

A symbol on the ceiling with the flick of a switch
My new found hero in the enemy's ditching

Well somebody's something was left in the room
And man, now that its gone well of course we assume
That somebody else needed something so bad
That they took everything that somebody had

Losing hope is easy
When your only friend is gone
And every time you look around
Well, it all, it all just seems to change

The mark was left
Man it's never the same
Next time that you shoot
Make sure that you aim

Open windows with passing cars
A brand new night
With the same old stars

Feed the fool
A piece of the pie
Make a fool of his system
Make a fool of his mind
Give him bottles of lies
And maybe he'll find
His place in heaven
Cause he might just die

Losing hope is easy
When your only friend is gone
And every time you look around
Well, it all, it all just seems to change
But hanging on is easy
When you've got a friend to call
When nothings making sense at all

You're not the only one that's afraid of change


.........and I'll wait here a while

Just long enough to be sure
That you didn't make a wrong turn

And I'll wait long enough
Maybe an hour or two

Before I decide it wasn't me, it was you
It wasn't me it was you

And I would like you to know
Although it seems sad to say

This was only the worst hour of my day
The worst hour of my day
How long has it been on your mind?
Do you think about it when we laugh?

I think that it's a big mistake
Because I think that we could make it last
Even if it's just for a while

And I'll wait here for now
Just long enough to be sure
That you really want to go through with this

Because I don't really want to go through with this

Do you really want to go through with this?

Lamunan di Kala Senja, Awal Millenium ke-10

10.01.2010

23.48 WIB

Segelas milo dingin.
Kursi goyang tua.
Teras kelabu.
Sebuah senja.
...mari melihat.

akhir-akhir ini saya banyak belajar dari sketsa hidup orang lain.

ketika banyak yang menganggap hidup itu tidak adil, saya lebih melihatnya sebagai jeritan keputus-asaan dari seseorang yang tidak ingin menyalahkan dirinya sendiri atas keadaannya sekarang, atau kenyataan yang dialami.



ketika saya melihat seorang artis baru yang tidak berbakat, yang sudah memiliki wajah keindo-indoan dengan rumah dan mobil mewah sebelum muncul di televisi, maka katakanlah ia rakus. tidak usahlah ia menjadi artis. jadilah sesuatu yang lain dan berikan kesempatan untuk wanita-wanita yang berjuang hidup dengan gigih untuk dapat memperbaiki kualitas hidup mereka.

toh sepertinya si artis muda ini tidak pintar maupun ambisius-dalam arti memiliki cita-cita yang tinggi seperti wanita di luar sana yang kurang beruntung. haha



berbicara tentang kualitas hidup, sesungguhnya berbicara tentang kualitas kebahagiaan.

bahagiakah kita?

sejahterakah kita?



Banyak yang bilang, kesejahteraan itu ada ketika kita tidak perlu merisaukan tentang bagaimana kita melanjutkan hidup besok- secara keuangan maksudnya.

hmm..

bagi saya itu juga benar.

oleh karena definisi di atas, maka yang sejahtera adalah yang kaya. yang mampu. yang cukup uang untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.



tapi kalau berbicara tentang kualitas kebahagiaan, kan tidak melulu tentang uang.

iya kan?





bagaimana dengan seorang ibu-ibu penjual bubur di boyolali yang pendapatan maksimalnya hanya 60 ribu perhari tapi bisa selalu tersenyum dan terlihat tidak ada beban?

bandingkan dengan ibu-ibu pejabat yang banjir uang tapi wajahnya "palsu" (kata ini bisa berarti harafiah ataupun kiasan. you know what i mean, don't you know?haha) dan hari-harinya disibukkan dengan serangkaian rencana untuk terlihat terhormat, termewah, tercantik, terawet muda dll di sebuah pertemuan antar ibu-ibu pejabat.



mungkin ini permasalahan hati.

ketika hati sudah positif, maka kecemerlangan itu ada.

dan semesta pun mengamininya.

namun jika sebaliknya, maka hidup bagai labirin nafsu tanpa akhir.



well, thats life.



katanya, hidup itu pilihan.

pilihan untuk hidup dengan cara tertentu, dengan pandangan tertentu, dengan keyakinan tertentu.



anyway anyhow, si penjual bubur ini anaknya sedang berada di Belanda loh.

somehow someway anaknya menikah dengan seorang belandawan dan menetap di sana.

jadilah si ibu dan bapaknya ini berlibur di Belanda dengan bahagia.





for them, life is full of suprises.





...i do think so.

The Rhapsody of March

Selasa, 11.03.2010


Inilah yang akan dirasakan ketika engkau berada di antara detik-detik datangnya sebuah badai.

t.e.r.k.e.j.ut.
Dan iniliah yang akan kau rasakan ketika badai itu sudah ada di paru-parumu.



 

r.a.p.u.h.





Kalau ada peribahasa karena nila setitik rusak susu sebelanga, maka di kasus ini karena kesalahan sebelanga rusaklah satu dapur.

Ada banyak distraksi-distraksi yang membuat saya merasa asing di sini. Di tempat saya berada sekarang.




Beware of what you are feeling, because everything could just be dissapeared in a blink of eyes.

Tertangkapkah nada kecewa yang sedang saya rasakan di kalimat itu?

Well, thats how i’m feeling. I feel dissapointed,

dan inilah ratapan saya.



Mari sejenak kita membuka jendela masa lalu.

Berawal dari suatu sore yang aneh. Aneh sampai saya takut sekaligus penasaran akan apa yang akan saya hadapi. Yah, akhir-akhir ini memang saya sedang kurang beruntung. Beberapa kegagalan membuat saya merasa hal ini menjadi sebuah bunyi “ting” dari sekian kegundahan saya. Well, its proven to be true when suddenly i got a phonecall from the man of 2nd building. And he told me i will be the representative of my circle to go abroad joining a magnificent short course of art. Yes, ART. Something that i’ve been dreaming of. Detik itu juga saya terbang ke Saturnus, mengelilingi galaksi, dan baru kembali ketika matahari sudah tidak terlihat lagi di bumi belahan Depok.

Hari itu adalah hari yang sangat indah. Benar-benar indah. Saya menyiapkan apapun yang kira-kira dibutuhkan untuk di sana, saya terus menerus melihat surat yang diberikan olehnya tadi sore. Am i? How could i? WOW. Saya membaca tiap buku yang berhubungan dengan seni, teori, praktek dan yang lainnya. Dan oh, ada satu sesi dimana setiap delegasi dari tiap negara akan mempresentasikan kebudayaan tradisionalnya. Seni tari yang sudah mendarah daging sejak usia TK saya jadikan andalan. Tari topeng atau jaipong bali sepertinya bagus. lalu berlatihlah saya. I’ll do whatever it takes to reach the maximum level. Hari-hari saya menjadi sangat berwarna. Saya tidak mau mendengar apapun, karena yang saya dengar musik tarian saya. Saya tidak membaca apapun, karena yang saya ingin baca hanyalah buku-buku yang saya siapkan itu.

Satu bulan lagi. What i’ve done..hmm still not enough. I need to learn and practice harder.

And harder.

And even harder..



Until one day. One simple day. The simplest of all, i think.

Hari itu tidak aneh. Sebuah Kamis yang biasa saja. Langit seperti biasa, angin yang kadang datang kadang pergi, dan wajah lelah saya yang masih sedang dalam proses rehabilitasi.

“nggak ada kelas, nggy. Tadi bu Ira pergi..jadi Beliau cuma ninggalin bahan diskusi.”

“ok, trus NGAPAIN GUE KE KAMPUS???”

Yah begitulah gambaran singkat mengenai alasan saya tidak latihan menari hari itu. Niat hati mau tidak masuk, namun sepertinya kuliah hari itu penting dan sayang untuk dilewatkan jadi saya memutuskan untuk masuk saja. Saja-ngnya tidak ada kelas.

Dan bergegaslah saya mengejar waktu untuk bisa berlatih walaupun waktunya tidak merestui.

Lalu tiba-tiba, hujan turun sangat deras. Benar-benar deras. No one knows what happened with Zeus that day. Ah mungkin Depok memang begitu karakternya.

Saya sedang berjalan melintasi sederetan mahasiswa yang sedang duduk menunggu hujan sembari bercengkerama di dalam gedung sembilan ketika tiba-tiba saya melihat seseorang- ah itu dia yang bekerja di kantor itu.

Saya menyapa.

Ia menyambut.

Lalu ia mengatakan sesuatu yang mematikan syaraf.

The hole following program, is cancelled.

IS CANCELLED.

Dan dia mengatakan hal sebesar itu dengan gaya seorang teman yang sedang membatalkan janji. Ia mengatakannya dengan sangat cepat. Sangat ringan. Sangat baik.

Ketika saya penyebabnya, ia hanya bilang bahwa semuanya porsinya memang sudah begitu. Yah begitulah sistemnya, katanya.

Kalau memang ini tentang sistem, lantas yang saya baca di surat itu apa? Disebutkan di sana bahwa tidak ada proses lain selain saya berangkat kesana dan program itu dijalankan. Tidak ada ketentuan lain. Tidak ada.

Namun sistem itu ternyata berkehendak lain. Sistem itu berpendapat bahwa seorang di lingkaran itu bisa lebih baik mengikuti sebuah program budaya dibandingkan dengan orang dari lingkaran studi budaya. Saya sungguh tidak mengerti. Lantas bagaimana orang itu akan mempresentasikan seni tradisional Indonesia kalau yang dipelajari adalah hubungan kausalitas sebuah kasus? Lantas bagaimana ia akan menyerap dan mengapresiasi seni jika ia tidak menguasai dasarnya?

Bagaimana?

Bagaimana..dengan saya yang sudah menyiapkan diri dan hampir siap ini?

Bagaimana dengan saya yang berharap banyak di program itu?

Bagaimana dengan saya yang secara resmi sudah menjadi representatif?

Bagaimana dengan surat itu? Bohongkah surat itu?

Atau mungkin semua ini hanya lelucon.

Atau mungkin..

Ah, saya ingin menghilang.



Setelah separuh jiwa kembali dari dimensi penuh keabuan, saya renungi, lalu kemudian saya mengerti.

Bahwa saya adalah korban sebuah sistem. Sistem yang saya tidak tahu sistem apakah itu. Karena yang saya tahu dan mengerti sekarang adalah fakta bahwa saya sangat tidak mengerti.

Mereka terbangkan saya, menanam harapan, lalu melenyapkannya.

Yeah, saya seperti ada di dalam sebuah anekdot.







Tenang. Saya kuat.

Ini adalah yang kedua kalinya.

Tidak apa-apa.

Saya hanya baru mengenal dunia yang sebenarnya.

Thanks God for showing me how the world is run.

Alienasi. Siapa yang alien?



asing.
alien.
UFO.
perfect strangers.

asing.

Kita ini hidup dalam satu dimensi. Dimensi di bumi di mana elemen di dalamnya saling mengenal, berinteraksi, memaknai.
Namun ternyata sesungguhnya semesta ini memiliki banyak dimensi. dimensi yang terlihat, yang tidak terlihat. yang terasa, yang tidak terasa, atau di tengah-tengah, atau bahkan tidak di manapun.

dan saya?
Saya adalah sebuah titik di tengah-tengah.