BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Rabu, 16 Juni 2010

The Thing.

When I saw the lights, I thought that it was a light. I mean, could it be something but not light? I supposed no. So I think that was a light. At first I was confident that inevitably I saw a light.
Yes. A light.

But alas it was, and it is, not a light.
Its a moon beam.

Selasa, 20 April 2010

What Jack's Said.

I got a faulty parachute, i got a stranger's friend
An exciting change in my butchers blend

A symbol on the ceiling with the flick of a switch
My new found hero in the enemy's ditching

Well somebody's something was left in the room
And man, now that its gone well of course we assume
That somebody else needed something so bad
That they took everything that somebody had

Losing hope is easy
When your only friend is gone
And every time you look around
Well, it all, it all just seems to change

The mark was left
Man it's never the same
Next time that you shoot
Make sure that you aim

Open windows with passing cars
A brand new night
With the same old stars

Feed the fool
A piece of the pie
Make a fool of his system
Make a fool of his mind
Give him bottles of lies
And maybe he'll find
His place in heaven
Cause he might just die

Losing hope is easy
When your only friend is gone
And every time you look around
Well, it all, it all just seems to change
But hanging on is easy
When you've got a friend to call
When nothings making sense at all

You're not the only one that's afraid of change


.........and I'll wait here a while

Just long enough to be sure
That you didn't make a wrong turn

And I'll wait long enough
Maybe an hour or two

Before I decide it wasn't me, it was you
It wasn't me it was you

And I would like you to know
Although it seems sad to say

This was only the worst hour of my day
The worst hour of my day
How long has it been on your mind?
Do you think about it when we laugh?

I think that it's a big mistake
Because I think that we could make it last
Even if it's just for a while

And I'll wait here for now
Just long enough to be sure
That you really want to go through with this

Because I don't really want to go through with this

Do you really want to go through with this?

Lamunan di Kala Senja, Awal Millenium ke-10

10.01.2010

23.48 WIB

Segelas milo dingin.
Kursi goyang tua.
Teras kelabu.
Sebuah senja.
...mari melihat.

akhir-akhir ini saya banyak belajar dari sketsa hidup orang lain.

ketika banyak yang menganggap hidup itu tidak adil, saya lebih melihatnya sebagai jeritan keputus-asaan dari seseorang yang tidak ingin menyalahkan dirinya sendiri atas keadaannya sekarang, atau kenyataan yang dialami.



ketika saya melihat seorang artis baru yang tidak berbakat, yang sudah memiliki wajah keindo-indoan dengan rumah dan mobil mewah sebelum muncul di televisi, maka katakanlah ia rakus. tidak usahlah ia menjadi artis. jadilah sesuatu yang lain dan berikan kesempatan untuk wanita-wanita yang berjuang hidup dengan gigih untuk dapat memperbaiki kualitas hidup mereka.

toh sepertinya si artis muda ini tidak pintar maupun ambisius-dalam arti memiliki cita-cita yang tinggi seperti wanita di luar sana yang kurang beruntung. haha



berbicara tentang kualitas hidup, sesungguhnya berbicara tentang kualitas kebahagiaan.

bahagiakah kita?

sejahterakah kita?



Banyak yang bilang, kesejahteraan itu ada ketika kita tidak perlu merisaukan tentang bagaimana kita melanjutkan hidup besok- secara keuangan maksudnya.

hmm..

bagi saya itu juga benar.

oleh karena definisi di atas, maka yang sejahtera adalah yang kaya. yang mampu. yang cukup uang untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.



tapi kalau berbicara tentang kualitas kebahagiaan, kan tidak melulu tentang uang.

iya kan?





bagaimana dengan seorang ibu-ibu penjual bubur di boyolali yang pendapatan maksimalnya hanya 60 ribu perhari tapi bisa selalu tersenyum dan terlihat tidak ada beban?

bandingkan dengan ibu-ibu pejabat yang banjir uang tapi wajahnya "palsu" (kata ini bisa berarti harafiah ataupun kiasan. you know what i mean, don't you know?haha) dan hari-harinya disibukkan dengan serangkaian rencana untuk terlihat terhormat, termewah, tercantik, terawet muda dll di sebuah pertemuan antar ibu-ibu pejabat.



mungkin ini permasalahan hati.

ketika hati sudah positif, maka kecemerlangan itu ada.

dan semesta pun mengamininya.

namun jika sebaliknya, maka hidup bagai labirin nafsu tanpa akhir.



well, thats life.



katanya, hidup itu pilihan.

pilihan untuk hidup dengan cara tertentu, dengan pandangan tertentu, dengan keyakinan tertentu.



anyway anyhow, si penjual bubur ini anaknya sedang berada di Belanda loh.

somehow someway anaknya menikah dengan seorang belandawan dan menetap di sana.

jadilah si ibu dan bapaknya ini berlibur di Belanda dengan bahagia.





for them, life is full of suprises.





...i do think so.

The Rhapsody of March

Selasa, 11.03.2010


Inilah yang akan dirasakan ketika engkau berada di antara detik-detik datangnya sebuah badai.

t.e.r.k.e.j.ut.
Dan iniliah yang akan kau rasakan ketika badai itu sudah ada di paru-parumu.



 

r.a.p.u.h.





Kalau ada peribahasa karena nila setitik rusak susu sebelanga, maka di kasus ini karena kesalahan sebelanga rusaklah satu dapur.

Ada banyak distraksi-distraksi yang membuat saya merasa asing di sini. Di tempat saya berada sekarang.




Beware of what you are feeling, because everything could just be dissapeared in a blink of eyes.

Tertangkapkah nada kecewa yang sedang saya rasakan di kalimat itu?

Well, thats how i’m feeling. I feel dissapointed,

dan inilah ratapan saya.



Mari sejenak kita membuka jendela masa lalu.

Berawal dari suatu sore yang aneh. Aneh sampai saya takut sekaligus penasaran akan apa yang akan saya hadapi. Yah, akhir-akhir ini memang saya sedang kurang beruntung. Beberapa kegagalan membuat saya merasa hal ini menjadi sebuah bunyi “ting” dari sekian kegundahan saya. Well, its proven to be true when suddenly i got a phonecall from the man of 2nd building. And he told me i will be the representative of my circle to go abroad joining a magnificent short course of art. Yes, ART. Something that i’ve been dreaming of. Detik itu juga saya terbang ke Saturnus, mengelilingi galaksi, dan baru kembali ketika matahari sudah tidak terlihat lagi di bumi belahan Depok.

Hari itu adalah hari yang sangat indah. Benar-benar indah. Saya menyiapkan apapun yang kira-kira dibutuhkan untuk di sana, saya terus menerus melihat surat yang diberikan olehnya tadi sore. Am i? How could i? WOW. Saya membaca tiap buku yang berhubungan dengan seni, teori, praktek dan yang lainnya. Dan oh, ada satu sesi dimana setiap delegasi dari tiap negara akan mempresentasikan kebudayaan tradisionalnya. Seni tari yang sudah mendarah daging sejak usia TK saya jadikan andalan. Tari topeng atau jaipong bali sepertinya bagus. lalu berlatihlah saya. I’ll do whatever it takes to reach the maximum level. Hari-hari saya menjadi sangat berwarna. Saya tidak mau mendengar apapun, karena yang saya dengar musik tarian saya. Saya tidak membaca apapun, karena yang saya ingin baca hanyalah buku-buku yang saya siapkan itu.

Satu bulan lagi. What i’ve done..hmm still not enough. I need to learn and practice harder.

And harder.

And even harder..



Until one day. One simple day. The simplest of all, i think.

Hari itu tidak aneh. Sebuah Kamis yang biasa saja. Langit seperti biasa, angin yang kadang datang kadang pergi, dan wajah lelah saya yang masih sedang dalam proses rehabilitasi.

“nggak ada kelas, nggy. Tadi bu Ira pergi..jadi Beliau cuma ninggalin bahan diskusi.”

“ok, trus NGAPAIN GUE KE KAMPUS???”

Yah begitulah gambaran singkat mengenai alasan saya tidak latihan menari hari itu. Niat hati mau tidak masuk, namun sepertinya kuliah hari itu penting dan sayang untuk dilewatkan jadi saya memutuskan untuk masuk saja. Saja-ngnya tidak ada kelas.

Dan bergegaslah saya mengejar waktu untuk bisa berlatih walaupun waktunya tidak merestui.

Lalu tiba-tiba, hujan turun sangat deras. Benar-benar deras. No one knows what happened with Zeus that day. Ah mungkin Depok memang begitu karakternya.

Saya sedang berjalan melintasi sederetan mahasiswa yang sedang duduk menunggu hujan sembari bercengkerama di dalam gedung sembilan ketika tiba-tiba saya melihat seseorang- ah itu dia yang bekerja di kantor itu.

Saya menyapa.

Ia menyambut.

Lalu ia mengatakan sesuatu yang mematikan syaraf.

The hole following program, is cancelled.

IS CANCELLED.

Dan dia mengatakan hal sebesar itu dengan gaya seorang teman yang sedang membatalkan janji. Ia mengatakannya dengan sangat cepat. Sangat ringan. Sangat baik.

Ketika saya penyebabnya, ia hanya bilang bahwa semuanya porsinya memang sudah begitu. Yah begitulah sistemnya, katanya.

Kalau memang ini tentang sistem, lantas yang saya baca di surat itu apa? Disebutkan di sana bahwa tidak ada proses lain selain saya berangkat kesana dan program itu dijalankan. Tidak ada ketentuan lain. Tidak ada.

Namun sistem itu ternyata berkehendak lain. Sistem itu berpendapat bahwa seorang di lingkaran itu bisa lebih baik mengikuti sebuah program budaya dibandingkan dengan orang dari lingkaran studi budaya. Saya sungguh tidak mengerti. Lantas bagaimana orang itu akan mempresentasikan seni tradisional Indonesia kalau yang dipelajari adalah hubungan kausalitas sebuah kasus? Lantas bagaimana ia akan menyerap dan mengapresiasi seni jika ia tidak menguasai dasarnya?

Bagaimana?

Bagaimana..dengan saya yang sudah menyiapkan diri dan hampir siap ini?

Bagaimana dengan saya yang berharap banyak di program itu?

Bagaimana dengan saya yang secara resmi sudah menjadi representatif?

Bagaimana dengan surat itu? Bohongkah surat itu?

Atau mungkin semua ini hanya lelucon.

Atau mungkin..

Ah, saya ingin menghilang.



Setelah separuh jiwa kembali dari dimensi penuh keabuan, saya renungi, lalu kemudian saya mengerti.

Bahwa saya adalah korban sebuah sistem. Sistem yang saya tidak tahu sistem apakah itu. Karena yang saya tahu dan mengerti sekarang adalah fakta bahwa saya sangat tidak mengerti.

Mereka terbangkan saya, menanam harapan, lalu melenyapkannya.

Yeah, saya seperti ada di dalam sebuah anekdot.







Tenang. Saya kuat.

Ini adalah yang kedua kalinya.

Tidak apa-apa.

Saya hanya baru mengenal dunia yang sebenarnya.

Thanks God for showing me how the world is run.

Alienasi. Siapa yang alien?



asing.
alien.
UFO.
perfect strangers.

asing.

Kita ini hidup dalam satu dimensi. Dimensi di bumi di mana elemen di dalamnya saling mengenal, berinteraksi, memaknai.
Namun ternyata sesungguhnya semesta ini memiliki banyak dimensi. dimensi yang terlihat, yang tidak terlihat. yang terasa, yang tidak terasa, atau di tengah-tengah, atau bahkan tidak di manapun.

dan saya?
Saya adalah sebuah titik di tengah-tengah.

Selasa, 09 Maret 2010

Potongan Memori Di Bawah Hujan. Kala itu. Kala kini.

Ada yang bermasalah, atau katakanlah dipermasalahkan ketika kita berbicara tentang masa lalu.


Mon.08.02.2010

23.16 WIB



Itu semua bermula dari ketidaksadaran kita akan adanya masa kadaluarsa sebuah hubungan. Ah atau kalau kau tidak mau berbicara komitmen bolehlah kita sebut itu sebagai tali. Toh akan mengarah kesana juga.hehehe

Baik. Katakanlah saya sekarang memiliki tali yang telah saya kaitkan kepada seseorang. Di dalam pertalian itu tiba-tiba muncullah tali baru: antara saya dan dia yang namanya tak boleh disebut. Tali yang baru ini tak sekuat tali utama, tak sepanjang tali yang utama, dan pada akhirnya masa pakainya jauh dibawah tali utama. Permasalahannya sekarang adalah sejauh mana tali yang serba kedua ini bisa meninggalkan bekas yang cukup mengena di hati saya. Ya, mengenai itu saya agak-agak malu mengungkapkannya. Barang kali bukan karena tali itu yang sudah habis masa pakainya, tapi karena..

Karena saya yang melepasnya.

Jelas ini merupakaan keputusan yang harus ditempuh sebelum saya menghadapi serangkaian awan-awan yang mengisyaratkan adanya petir yang akan menyambar tali itu.

Ah, lagipula dia telah memiliki penggemar yang sedang berguling-guling meminta untuk dijadikan kekasih, disandingkan dengan label ‘pacar’ atau ‘bokin’ atau ‘ce gw’.

Yang penting, tali itu putus dengan kuasa saya.

Yang terpenting, saya yang memutuskan.

Selamat tinggal tali itu, semoga kehidupan cintamu akan semakin berwarna (walaupun kami sama-sama yakin kalau yang paling berwarna itu adalah yang kemarin : yang nanti-nanti itu tergolong monokrom atau malah tidak jelas ada warnanya atau tidak). Saya sejujurnya berpikir kalau memang tidaklah tersirat di benak saya kalau tali itu akan menyaingi bahkan menggantikan tali utama yang saat ini masih saya pegang erat-erat seerat balonku ada lima. Bukan karena saya tidak percaya, hanya saja seakan-akan dimensinya berbeda. Kalau yang utama adalah jalan permanen yang dipilih berdasarkan ketetapan hati (walaupun kebodohan-kebodohan tetap menyertai), namun kalau yang ini lebih merupakan “kesalahan yang diteruskan, yang berlanjut menjadi adiksi’. Ya, Kira-kira begitu.

Saat ini saya masih berpikir kalau tali utama itu akan tetap saya pegang erat-erat, karena saya telah kehilangan satu balon seperti di lagu balonku.

 Untuk tali yang telah terputus,i will always be missing that rain.

See you someday in a different life.

The SG Files: Notes From The Traveler

:Dimulai dengan suatu sore di bulan Januari.


17.01.2010 - 21.01.2010


Image and video hosting by TinyPic



17.01

17.00 WIB

Masih menatap layar komputer dengan tatapan kosong. Entah otak saya yang sedang kosong atau ini cuma aktivitas rutin yang manusiawi untuk mengisi waktu-waktu yang mati.

Well, i need to finish my proposal anyway.

Its all in my head. Its all faded away.

Ah, tetap harus saya temukan rantai pengait kata dan makna ini, bagaimanapun caranya.



3 jam.



Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB.

Still a blank sheet.

What a wonderful world.

Okay, sejenak kita pindah frame. Mari melihat tindakan apa yang bisa dilakukan selain membeku di depan layar.


Ah, packing.

Masukkanlah semua barang yang ingin kau masukkan, atau barang-barang yang dirasa harus dibawa.

Dirasa. Dirasa.

Kalau dirasa-rasa sepertinya semuanya jadi penting.

Peniti jadi penting. Klip kertas jadi penting. Payung jadi penting.

Hari ini saya seperti orang yang hidup di dua dunia.



Ini kenyataan.

Saya mendengar desis meja, rintihan lemari, nyanyian jendela, ataupun jeritan debu.

Semua ini dikarenakan saya tidak siap hati dengan deadline yang mencekik.

Well oh yeah.

Saya sinting. Kalau sinting berarti setengah sadar. Setengah sadar berarti setengah mati. Setengah mati artinya harus ditambah setengah nafas baru bisa menjadi equal- 1. Bingo. Benar-benar jenius.

Setengah nafas...mungkin sedikit karaoke dapat menyembuhkan. Selesailah sudah. Sembuh jenuhnya muncul tegangnya. Pukul 21.30 WIB.

Dengan nafas yang sudah terkumpul kurang lebih 83 % berlarilah saya menghujam kabut ketidakjelasan untuk menuju cahaya. Cahaya keanehan.

Voila! Jadi deh proposalnya.

Entah apa yang akan dikatakan pembacanya- sang ksatria di gedung 3, pemegang perkamen di sebelahnya, atau penjaga kuda di belakangnya ketika membaca proposalku ini. Yang penting ini selesai.
Remember amateurs created vehicles, professionals built titanic. Never give up in things.hahaha


03.00 WIB.

Saatnya tidur. 15 menit lagi menuju pukul 5, saatnya saya berangkat ke bandara.





18.01

Dan yang disebut embun pagi itu jatuh tepat di bulu mata saya, menembus helai-helai dan mendarat di lapisan epidermis luar di bawah mata. Terasa seperti ada tangan halus yang menyentuh mata dengan sangat dramatis, menyadarkan saya untuk memakai topi-seperti biasa.

Tentang topi, saya benar-benar berpikir topi bisa menjadi solusi untuk mengatasi berbagai situasi yang terkait dengan penampilan, cuaca yang ramah, maupun cuaca hati. Hampir di setiap kesempatan kecuali di dalam kelas, barang ini menjadi begitu penting-menyaingi permen fisherman’s friend superstrong sugarfree yang siap sedia menemani indera perasa yang membutuhkan teman (Ah bahkan lidah saya pun juga banyak gaya).


Sampai. Boarding, menunggu keberangkatan.

Tujuan Singapura. JT 856. 07.00 WIB.

Di ruang tunggu tidak banyak yang bisa diceritakan. Seperti biasa: penjaga dengan mata yang aneh, penumpang yang sangat bangga dengan perjalanannya, ataupun seorang kandidat pembantu rumah tangga yang sangat bahagia mendapatkan pengalaman emas bepergian lintas negara, apalagi bekerja dengan dollar di tangan. Ah mungkin dia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya jika ia mendapatkan majikan berbahasa kanton yang kadar kesabarannya tipis. Bahasa inggris pun tidak akan berhasil menengahkan mereka. Hmm.
Ah itu berarti bukan bahasa yang akan menengahkan.

Tapi garis tengah di tangannya. Takdirnya.
Cukup dengan kandidat-kandidat, langit cukup merona dengan trend warna terbaru 2010. Nude pale.


Tidak ada gairah untuk mengabadikannya ke dalam kotak kecil penyimpan gambar, rasanya tidak memotivasi untuk mengawali perjalanan yang penuh petualangan ini. Biarkanlah.

Sampai. Praduga hangatnya cuaca Singapura dipatahkan oleh peluru mikro super offensif yang menembus tulang. Rasanya beku. Hembusan nafas ditemani lingkaran asap kecil yang senantiasa menampakkan diri. Ah macam winter saja.

Benar-benar keterlaluan. Definisi AC adalah Air Conditioner, bukan Air Cruciator.



Keluar terminal, masuklah saya ke lorong menuju MRT jurusan Dhoby Ghaut. Beli tiket di mesin otomatis, termangu melihat mesin, mengambil tiket, duduk di depan jalur NE.

Kereta putih itu pun datang. Seperti biasa, lengang. Bersih. Kontras dengan yang pernah dinaiki di jakarta.

Setelah sekali transit, tiba di Dhoby Ghaut. 10 menit berkenalan dengan tanah asing, sampailah di hotel. YMCA- Youth Men’s Christian Association. Pilihan praktis dibandingkan dengan berjalan dengan koper di terik matahari emosi mulai naik, menerima jawaban “Not Available” di setiap hotel. 130 dollar per malam. Menginaplah saya selama 2 malam.



13.00 WIB. Perjalanan dimulai.

Sentosa.

Menyenangkan. Nyaman.

Klimaks ada pada lego ride dan sky ride.

Benar-benar lepas. Tanpa pengaman yang berarti, saya duduk di sebuah kursi di ketinggian yang jauh melebihi patung merlion. Rasanya seperti orang yang tahu segalanya. Bisa melihat semuanya. Mungkin ini adalah gambaran kasar-sangat kasar yang jelas merupakan murni imajinasi saya- yang dilihat Tuhan dari atas langit. Pohon, bangunan, manusia, bisikan-bisikan, dan elemen-elemen lain yang aktif bergerak, mereproduksi sesuatu, mengeksterminasi sesuatu, mengusik sesuatu, atau bahkan melihat balik ke langit dengan desahan yang berbeda. Desahan?hehe

Anyhow, menyaksikan video di merlion, membuat saya yakin kalau singa adalah binatang yang sangatlah lucu. Bayangkan, rambut berkibar yang sangatlah bouncy mengalahkan rambut saya, berwarna keemasan, mengembang dengan sempurna, mata yang agak tajam namun terkesan polos (kalau tidak percaya silahkan buktikan sendiri) dengan ekor duyung yang semakin mematahkan kesan ganas, buas bahkan predikat raja hutannya. Saya tidak yakin singa di kebun binatang lain setuju dengan bentuk merlion ini. Mungkin pendapatnya akan “bok nggak gentle deh”. Hahaha

Bermain, menghabiskan hari, merasakan cepatnya dan efektifnya MRT.

Eskalator super cepat, so convenient. besides the gloom, i love being here.



19.01



Dering pagi- jelas kokok ayam absen lah disini. Bahkan di rumahk saya pun ayam berkokok adalah sesuatu yang berpredikat tidak populer. Dikalahkan oleh popularitas penjual bubur atau penjual nasi goreng dok-dok.

Sarapan. Baiklah, selamat datang di dunia serba roti.

Menimbang bahwa bread cake and butter cream itu rasanya seperti memasukkan binatang melata yang telah dilumuri gula dan margarin ke dalam mulut, maka yang harus dilakukan adalah tindakan penyelamatan darurat sebagai aksi adaptasi. Rice cake menjadi pilihan yang paling masuk akal. Makan roti gandum dengan selai stroberi sebenarnya sangatlah mungkin, namun lidah saya berdemo keras menolak elemen manis untuk pagi ini, jadi rasa tawar pun menjadi pilihan yang harus dijalani dengan tenggang rasa.

The Trip begins.

Science centre. Noon.

Banyak yang membuat saya takjub, banyak yang saya pikir bagus kalau media itu ada di dalam museum IPTEK TMII. Kalau saja formatnya sebagus itu, science centre could be the new dufan.

I-space, Discovery kids, dan yang lainnya benar-benar mengesankan. Ada satu tempat yang benar-benar menampilkan simulasi rumah masa depan. Gagang pintunya yang memiliki sensor untuk mengidentifikasi pemiliknya, kompor kaca, toilet doctor, ur ultra dimension notebook, sampai bola dunia yang berbentuk lingkaran dan bekerja seperti google earth-what u need is just zooming to see the details- dengan cara menggoyangkan lingkaran kaca itu ke kanan atau ke kiri. Persis seperti yang dipakai di film avatar,hanya yang ini belum dalam bentuk 3D. Hanya dalam seperempat koma nol enam detik pasti bentuk 3D itu akan benar-benar diciptakan. Atau sudah? What a science.

well. Continuing to the snow city.

Feeling the snow, experiencing the snow-tumbling adalah hal yang mengesankan.
Being in Europe must be good. at least for a loner like me.^^

I will, someday.

AMEN.

Anyway, as usual, taking photo by the river.

Memang berbeda rasanya ketika kita memiliki momen di tengah gemerlapnya perkotaan dengan suasana “convenient” sebuah desa.

Bisa sama convenientnya, namun suasana hati yang dibentuk akan sangat jauh berbeda.

Well here i am in such a modern city.

Haha



Little india apalagi china town sudah berubah menjadi sleepy town ketika saya datang di tengah malam. Saatnya pulang.

Sejenak ingin membeli minuman dan makanan kecil di Orchard, hujan turun-so stunningly. Memblokade misi pulang yang berakhir denga pengamatan sejenak sembari ditemani segelas slurpee yang dibeli di 711dan chicken wings Guat-guat.

Pandangan berakhir pada sederet adult store yang ada di seberang jalan. Setelah diamati, yang ada di sekeliling saya sesungguhnya adalah kaum adult juga. Pakaian mini, tatto bertebaran dari dada sampai kaki- di tempat yang terselubung sekalipun- terlihat dan dengan sengaja diperlihatkan dengan cara yang tidak murahan. Mereka diam. Komunal. Asik sendiri, menjadi diri mereka sendiri.
“Here i am, i am slut, jackass. Mind of what ur looking.”

Namun ini subjektif. Bisa saja mereka tidak terlihat agresif karena memang sedang hujan, situasi tidak memungkinkan untuk berbuat lebih banyak, hanya mengandalkan pada panggilan naluri wisatawan laki-laki yang tergerak oleh dinginnya angin saat itu. Bisa saja.

Yang membuat saya merasa familiar, wajahnya sangatlah akrab di mata saya. Saya tidak akan menyebutkan identitas ras, pastilah yang membaca ini mengerti definisi familiar tersebut.

All were faded in grey.







20.01

Saatnya bangun pagi dengan badan remuk akibat ekuilibrium jam tidur yang diporak-porandakan beberapa hari ini.

Tapi perjalanan jelas harus berlanjut.

Makan pagi, kali ini chicken sausage menyapa.

Saya sangat senang sampai ingin terbang sejenak untuk adzan sebentar di dalam hotel dengan simbol salib ini.hehe
Kurang lebih 13-15 chicken sausage telah berhasil mendarat di lambung saya.

Magnificent feeling.

Setelah checkout dan menitipkan koper di lobby, bergegeaslah saya beserta pasukan ke National Museum of Singapore. Kebetulan ada pameran “The Immortal-Egypt”. So we decided to buy the package for students, only worth 5 dollars. Wow.

Selesai mengalami perjalanan penuh emosi di setiap titik yang dialami kaum cina, malay dan india di sebuah pelabuhan yang kini menjadi negaranya, sekali lagi aku berpikir bagaimana jika format documentary-journey dalam sebuah museum ini diterapkan di museum Nasional Indonesia. Iya, museum Gajah. Museum yang pengunjungnya kurang dari 10 % tiap harinya itu, yang harganya juga sangatlah berbanding jauh dengan harga tiket menonton film di cineplex ataupun Blitz Megaplex itu. Pasti akan sangatlah panjang, dan mengagumkan.

Indonesia benar-benar merupakan sebuah emas yang jatuh ke tangan orang yang tidak menghargai nilai emas itu. Atau mungkin saja memang tidak mengerti harga dari emas itu. Ah tidak mungkin kalau tidak mengerti. Bagaimana bisa orang-orang itu tidak mengerti kalau mereka telah menjual emas itu sedikit demi sedikit?

Well. Its time to go home.

Selamat tinggal sejenak untuk serangkaian atmosfer penuh kesan: logat bahasa inggris singaporean yang khas dan memerlukan daya fokus yang tinggi dalam mendengarkan, cuaca, jalanan, transportasi, multikulturalismenya yang sangatlah kental, makanan, gorengan 1,6 dollar yang sangat membuai lidah saya sampai ke titik aman terakhir, sampai semua hal yang membuat perjalanan saya berwarna, dan juga kosongnya tabungan saya saat ini.hahaha

I will be back again someday, somehow.


See you, singapore.


See you soon.^^